Rabu, 17 Juni 2009

Pernikahan Rosululloh Saw Dengan Siti Khodijah

Muhammad Rosululloh saw bersabda,

Alloh tidak memberi kepadaku pengganti isteri yang lebih baik dari dia (Khodijahr.a).

Ia beriman kepadaku di kala semua orang mengingkari kenabianku.

Ia membenarkan kenabianku di kala semua orang mendustakan diriku.

Ia menyantuni diriku dengan hartanya, dikala semua orang tidak mau menolongku.

Melalui dia Alloh menganugrahkan anak kepadaku, tidak dari isteri yang lain"


Jauh sebelum Khodijah bertemu dengan Muhammad,

Ia pernah bermimpi, Khodijah bermimpi kejatuhan Matahari. Sinarnya menghanguskan semua rumah penduduk Mekkah, kecuali satu dapur.

Mimpi itu ditanyakan pada pamannya yang ahli mimpi, Waroqah bin Nufal,

Apa gerangan maksud dari mimpinya.

Sang Paman berkata,

?Engkau akan mendampingi Nabi akhir jaman?,

?dari negeri manakah ??

?Makkah?

?Suku apa ??

?Suku Quraisy?

?Keturunan siapa ??

?Bani Hasyim?

?Siapakah namanya ??

?Ia bernama Muhammad?.


Siti Khodijah gundah, gelisah,

?Benarkah ? benarkah ??

pertanyaan itu kini mengganggu hari-harinya.


Syahdan, sejak saat itu, ada harapan pada diri Khodijah,

Dan ia menunggu terpenuhinya nubuwat itu.

Sudah berapa banyak para pemuka suku di jazirah Arab yang mencoba melamarnya,

Tapi ditolak olehnya,

?Ada yang kutunggu?, gumamnya dalam hati.


Sampai satu ketika,

Didengarnya dari kalangan Quraisy,

Ada seorang pemuda yang terkenal paling dapat dipercaya,

?Muhammad Al-Amin?.

Khodijah gelisah,

?Diakah yang dulu hadir dalam perlambang mimpiku ??

?Diakah sang matahari dan sang Bulan ??

?Muhammad ? anta samsum anta badrun ??


Abu tholib paman Muhammad satu waktu berkata,

?Anakku, aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar bahwa Khodijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapatkan upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia ??

Terserah paman?, jawab Muhammad.


Abu Tholib-pun mengunjungi Khodijah,

?Khodijah, setujukah kau mengupah Muhammad ??

?Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor?.


Khodijah menjawab,

?Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai?.


Demikianlah Muhammad dengan diiringi oleh Maisaro, budak Khodijah, berangkat ke Syam guna berdagang barang milik Khodijah.

Khodijah berpesan pada Maisaro, agar benar-benar memperhatikan Muhammad, jangan sampai ada kekurang apapun, dan dimintanya ia melayani Muhammad sebagaimana ia melayani Khodijah.

Maisaro mengangguk.

Mengantar keberangkatan Muhammad dan Maisaro,

Khodijah seolah melepas hatinya mengikuti mereka,

Ada rasa-rasa aneh yang tidak enak di dada,

Getar-getar perasaan yang aneh seolah terikut bersama berangkatnya Muhammad ke Syam.


Beberapa hari telah berlalu,

Khodijah dengan gelisah menunggu di rumahnya,

Kadang dilihatnya di depan rumah, siapa tahu Muhammad sudah datang,

Malam-malam kini yang terbayang wajah Muhammad al Amin,

?duhai, apa gerangan yang sudah terjadi ? Mengapakah aku jadi begini ?

benarkah ia Nabi yang akan kudampingi, ataukah ??


Benar !, kerinduan telah menguasai hati Khodijah,

Kerinduan yang tulus, kasih sayang yang tulus,

Kini mengharap adanya pertemuan segera dengan Muhammad.


Ketika itu Khodijah sedang berada di ruang atas,

Di kejauhan, tampak Muhammad bersama beberapa barang untuk Khodijah dan untanya perlahan-lahan datang menuju Khodijah,

Hampir berteriak Khodijah karena senang,

Malam-malam yang menyiksa sebab rindunya kini seolah mendapat siraman air yang segar.

Bersegera, dengan sedikit berlari, Khodijah turun dari sotoh (ruang atas) untuk menemui Muhammad yang dirindukannya.


Muhammad menceritakan pengalamannya di Syam dan berita tentang perdagangannya dengan bahasa yang halus dan fasih, serta laba yang diperolehnya.

Beberapa saat kemudian, Maisaroh datang menyusul di belakang.

Dari Maisyaroh inilah, Khodijah mendengarkan cerita selama Muhammad di perjalanan.

?Sampai disebuah perhentian, dekat sebuah gereja, kami dihentika oleh seorang utusan pendeta, kemudian kami dipersilakan masuk ke dalam rumah sang pendeta, sementara Muhammad berteduh disebuah pohon?.

?Sang pendeta bertanya, masih adakah rombonganmu yang belum masuk ke sini ??

?Ada?, jawabku. ?Dia Muhammad al ?Amin dari suku Quraisy.


?Mendengar itu?, cerita Maisyaroh pada Khodijah,

?sang pendeta berlari keluar sendiri menemui Muhammad. Dan kemudian ia menangis di depan Muhammad. Dari jauh aku mendengar ia berkata,?Engkaulah Nabi yang dijanjikan?engkaulah Nabi yang dijanjikan?Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Alloh dan engkau Muhammad adalah Rosululloh?.


?Kemudian pendeta itu menghampiri aku dan berkata kepadaku?, kata Maisaro.

?Segeralah kembali ke Mekkah, jangan sampai orang Yahudi tahu keberadaan Muhammad, jagalah ia dengan baik, ia adalah Nabi akhir jaman. Lihatlah itu?,?sang pendeta itu menunjukkan awan putih yang ada di atas kepala Muhammad dan selalu melindungi Muhammad, mengikuti kemana Muhammad bergerak.


Mendengar cerita itu, Khodijah menangis terharu,

Rasa sayangnya kini berubah menjadi rasa cinta yang tulus,

?Dialah sang Matahari, dialah sang Bulan Purnama?, gumamnya dalam hati.

Tapi kini perasaan gelisahnya semakin bertambah,

?Bagaimana Muhammad sendiri ? Maukah ia nikah dengan dirinya yang sudah berusia diatasnya ? Bagaimana pandangan orang-orang Quraisy ? para pemuka-pemuka suku yang pernah ditolaknya ?

Melihat dirinya, Khodijah seolah merasa tak pantas bersanding dengan Muhammad,

Pemuda yang tampan, paling bisa dipercaya, tutur kata, budi pekertinya halus, akhlaknya terpuji.?


Kebingungan-demi kebingungan melandanya, antara keinginannya dengan pemikirannya,

Antara kerinduannya dengan kenyataannya,

Antara kecintaannya pada Muhammad dengan ketidak tahuannya?.


Salah seorang sahabatnya Nufaisa datang pada Khodijah,

Kepada dialah Khodijah menumpahkan perasaan gundah gelisahnya,

?Biarlah aku saja yang menanyakan pada Muhammad?, kata Maisaro untuk membantu Khodijah.


Nufaisa mendatangi tempat Muhammad dan bertanya kepadanya,

?Kenapa engkau tidak mau nikah ??

?Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan pernikahan?, jawab Muhammad.

?Kalau itu disediakan dan yang melamarmu cantik, orang terhormat, terpandang dan memenuhi syaratmu, tidakkah engkau terima ??

?Siapa itu ?

?Khodijah?, jawab Nufaisa.

?Dengan cara bagaimana ??

?Serahkan padaku?, jawab nufaisa lagi.


Demikianlah, dengan dihadiri orang-orang dekat Muhammad dan Khodijah,

Dengan mas kawin dua puluh ekor unta Muda, Muhammad melangsungkan ijab qobul dengan Khodijah.

Sebuah Puisi ; Aku akan menikah

Aku akan menikah
Tahun ini juga
Meski belum ada tanda darinya

Aku akan menikah
Bulan ini juga
Meski belum jelas kepastian darinya

Aku tetap ingin menikah
Meski banyak hal yang masih samar
Aku akan selalu optimis
Karena keyakinan yang kan membuktikan
Suatu saat ku pasti kan menikah

Baca Qur¢an Saja,
Ketika kita merasa jenuh
Baca Qur¢an saja, bisa hilang jenuhnya

Ketika kita merasa sepi
Baca Qur¢an saja, bisa hilang rasa sepinya

Ketika kita tak bergairah
Baca Qur¢an saja, bisa semangat lagi

Ketika segala sesuatu terasa membosankan
Baca Qur¢an saja, bisa jadi lain

Ketika kita kebingungan memutuskan sesuatu
Baca Qur¢an saja, bisa lebih tenang

Ketika banyak ketidaknyamanan dalam hati kita rasakan
Baca Qur¢an saja, beda rasanya...

Baca Qur¢an saja bisa merubah semuanya
Bisa buat diri jadi lebih baik
Bisa buat diri jadi yang terbaik
Bisa menghantarkan diri ke kebaikan

Baca Qur¢an saja sudah begitu berarti
Belum menghapalkannya
Apalagi mengamalkannya
Subhanallah !

Kupikir..... . pasrah saja

Waktu aku datang ke sebuah undangan silaturahmi
Ku pikir calon suamiku ada di sana
Ternyata tidak ada...

Waktu aku gabung ke dalam kegiatan tarbiyah
Ku pikir calon suamiku ada di situ
Ternyata tidak ada juga...

Ketika aku ta¢aruf
Ku pikir dia calon suamiku
Ternyata bukan

Ketika segala upaya tlah dikerahkan
Ketika berbagai ikhtiar tlah dilalui
Seolah-olah sudah tidak ada jalan lagi
Ya sudah, pasrah saja !

Demi Engkau, ya Robb...

Ya Robb, aku mohon pada Mu
Karena ku tahu hanya Engkau
Yang paling bisa kupercaya

Betapa sayangnya Engkau padaku
Engkau sengaja menunda masa khitbahku
Karena Engkau ingin aku dekat dengan Mu
Hanya dengan Mu saja.....

Engkau sengaja menunda hari bahagia itu
Karena Engkau tahu
Kesendirianku membuat diriku
Akan semakin mengingat Mu

Terima kasih ya Robb...
Engkau memang segalanya bagiku
Dan akan selalu begitu
Sampai tidak ada batas waktu
Bahkan jika akhirnya hari yang kutunggu itu datang
Aku akan tetap memohon
Semoga Kau jodohkan aku dengan seorang
Yang buat aku makin mudah tuk dekat dengan Mu
Lebih mudah untuk istiqomah di jalan Mu
Lebih banyak kebaikan yang kutebarkan
Lebih banyak manfaat yang kupersembahkan
Demi Engkau, ya Robb
Aamiin....

Ikhlas, Sabar, Ridho

Keikhlasan itu datang dalam hatiku
Disaat ku nanti khitbahnya
Kesabaran hadir dalam hatiku
Di saat ku tunggu kepastiannya
Keridhoan itu ada dalam hatiku
Ketika sampai sekarang belum ada kejelasan darinya

Keikhlasan, kesabaran, keridhoan
Semuanya itu tak kan pernah muncul di hatiku
Tanpa kehendak Mu

Ya Allah, semuanya kini terserah pada Mu
Karena ku yakin Engkau tahu jalan yang terbaik
Hanya Engkau yang berhak memberikan yang terbaik
Dan hanya Engkau Maha Menguasai hati

Buat apa tarbiyah ?

Katanya tarbiyah,
Tapi kenapa selalu mengeluh
Merasa tidak enak, mengeluh
Merasa tidak puas, mengeluh

Katanya tarbiyah,
Tapi selalu saja sibuk
Sibuk mengingat kekurangan orang lain
Sibuk menceritakan keburukan orang lain

Alasannya cuma sekedar curhat
Tidak bermaksud negatif, apa bedanya?
Kalau curhat cuma ke satu orang
Tapi kenapa semua orang jadi tahu?

Bukankah tarbiyah itu seharusnya menambah ilmu?
Bukankah kita yang bertarbiyah ini seharusnya berilmu?
Bukankah tarbiyah mengajarkan supaya jadi lebih pemaaf?
Bukankah tarbiyah mendidik supaya jadi lebih solutif?

Ternyata yang penting bukan tarbiyahnya
Tapi kemauan merubah diri ¢tuk selalu menjadi lebih baik
Jadi, buat apa tarbiyah kalau akhirnya orang lain jadi sakit?

Terserah kamu...

Aku ada di sini, kamu ngga ada
Aku cari kamu di sana, tapi kamu ngga ada
Aku sampai datang ke sana, kamu ngga ada
Aku jauh-jauh ke sana, kamu ngga ada

Kamu jauh sih...
Lalu, kapan kita ketemunya?
Maunya aku hari ini juga
Sekarang juga, saat ini juga

Siap kah kamu ?
Walau hanya silaturahmi saja?
Syukur-syukur kalau jadi khitbah
Kalau ngga, tidak jadi masalah, bukan?

Kamu takut ditolak?
Kamu masih minder?
Kamu masih mikir finansial?
Kamu masih ragu?

Pasti segudang alasan yang akan kamu buat
Pasti banyak alasan yang akan kamu beri
Pasti kamu lagi bingung mana alasan yang tepat

Terserah kamu saja...
Yang penting aku sudah kasih kamu kesempatan ikhtiar
Moga ALLAH memudahkan langkah ikhtiar & kemantapan hati

9 Gadis Yang Tidak Dinikahi Lelaki

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh jurusan psikologi (ilmu jiwa) pada
Fakultas Adab (sastra) di Universitas Zaqaq iq, Mesir dengan judul:
"Kepribadi an Remaja Putri, Tata Cara kesiapan Jiwa dalam Menghadapi
Pernik ahan, dan Masa Perubahan Jiwa Pasca Nikah Secara Khusus" menyimpulkan
ada 9 tipe gadis yang tidak diminati oleh para pemuda:

Pertama: Gadis Pencemburu

Pencemburu adalah sifat pertama kali yang dihindari oleh para pemuda dari calon istri-istri mereka. Cemburu disini bermakna keraguan. Para pemuda itu menuntut adanya sebagian sifat cemburu yang memperkuat ikatan cinta, akan tetapi mereka menolak ketidak percayaan (keragu an) yang menimbulkan petaka dalam kehidupan rumah tangga. Mereka mengingink an kepercayaan dari para istri mereka, dan tidak suka jika mereka menceritak an atau mengungkap setiap langkah yang dilaluinya.

Kedua: Gadis Egois, sok menjadi ratu

Adapun gadis yang kedua adalah gadis yang egois, ingin berkuasa, menginginkan dari suaminya segenap kecintaan, ketund ukan, dan kepasrahan hanya kepadanya saja. Dia akan marah jika melihat suaminya lebih mementingkan oran g lain atau mencintai selain dirinya. Seperti cemburu kepada kerabat suami, atau teman-temannya. Perbuatan ini kadang menimbulkan banyak permasalah an. Dengan sikap seperti itu, dia telah mempersempit kepribadian suami, dan menyebabkan timbulnya permasalahan dengan kerabatnya. Dengan sikap seperti itu, dia telah menjadikan suami benci dengan kehidupan rumah tangganya. Sikap yang demikian tidak termasuk cinta, tetapi ambisi kepemilikan dan penguasaan. Maka wajib bagi gadis ini untuk menyadari bahwa mereka adalah kerabat suami, yang tidak mungkin ia bebas lepas dari mereka, begitu pula sebaliknya mereka tidak mungkin bebas lepas darinya.

Ketiga: Gadis Durhaka
Yaitu istri yang tidak ridha dengan kehidupann ya. Dia senantiasa membangkang pada suami dan menggerutu tentang segala sesuatu. Dia tidak bersikap qonaah (menerima apa adanya), senantiasa mengin ginkan tambahan dan lebih. Dengan sikap seperti ini, dia telah menekan suami hingga mau memenuhi keinginannya. Dia tidak peduli darimana sang suami bisa memenuhi berbagai tuntutan itu, dan bagaimana ia bisa mendapatkan harta tersebut. Dia adalah jenis istri perusak. Dia hanya mencari untuk diri dan kebahagiannya sendiri, terutama harta, bukan cinta. Dia tidak menjaga suami atau rumahnya. Biasanya keadaan yang seperti ini berakhir dengan perceraian.

Keempat: Gadis yang cuek dan masa bodoh
Gadis ini tidak layak disebut sebagai seorang istri. Dia sama sekali tidak menaruh perhatian pada suami, tidak juga pada rumahnya. Tidak berusaha memenuhi kebutuha n suami atau permintaannya. Di sini sang suami merasa bahwa si istri tidak mencintainya, atau tidak menganggapnya. Kadang yang demikian membuat sang suami bersikap kasar kepada istri sebagai usaha untuk meluruskannya. Akan tetapi jika sang istri memiliki sifat seperti ini, maka akan sulit merubahnya. Hal ini menjadikan sang suami tidak menaruh perhatian terhadap istri, tidak mesra dengannya dalam segala hal, dan bisa menyebabkan perpisahan. Maka mulai sekarang
seharusn ya istri mulai memberikan perhatian terhadap suami.

Kelima : Gadis yang Kekanak-kanakkan
Yaitu gadis yang senantiasa tergantung pada ibunya, dan terus terikat dengannya, bersandar kepadanya dalam segala hal. Dia bertindak dengan malu, tidak mampu mengemban tanggung jawab. Kebanyakan ibunyalah yang memberikan keputu san dan berkuasa pada seluruh urusan rumah. Maka sang putripun bersandar kepadanya dalam segala hal seperti apa yang dia kerjakan saat masih kanak-kanak. Dengan sifat seperti itu, dia tidak layak menjadi seorang ibu bagi putra-putran ya, dikarenakan putra -putranya akan menjadi pribadi-p ribadi yang terputus, tidak utuh. Adapun sang suami, maka ia merasa seolah-olah telah menikahi ibu mertuanya, karena dialah yang mengatur segala keperluannya. Maka wajib bagi para gadis untuk belajar memikul tanggung jawab dan berbuat secara dewasa.

Keenam: Gadis yang meninggalkan Tugas Rumah Tangga
Kebany akan gadis seperti ini adalah gadis yang bekerja (wanita karir). Akan tetapi, ada perbedaan antara istri yang bekerja dan istri yang pergi meninggalkan tanggung jawab rumah. Artinya ada banyak istri yang bekerja, tetapi mereka dapat melakukan segenap pekerjaan rumah tangga dan memberikan perhatian terhadap berbagai keperluan suami dan anak-anak mereka. Pekerjaan mereka tidak membuat mereka durhaka terhadap keluarga. Maka istri harus menyeimbang kan antara pekerjaan dengan suami dan anak-anaknya. Janganlah pekerja an membuat keluarga terhalangi dari perhatian dan kasih sayangnya. Sehingga sang suami merasa kehilangan kemesr aan, akhirnya timbullah permasa lahan diantara mereka.

Ketujuh: Gadis yang Lemah
Yaitu seorang gadis yang terbiasa pasrah terhadap keadaan di sekitarnya, apakah terhadap keluarga atau teman-temannya. Dia sangat lemah untuk bisa mengambil keputusan dengan dirinya sendiri, tidak berusaha mengadakan musyawarah atau menampakkan pendapat apapun. Kepribadian yang lemah, penurut, dan tidak terbiasa
memikul tanggung jawab. Kebanyakan penyebabnya adalah keluarga, yaitu dengan sikap keras sang ayah, dan diamnya ibu. Maka sang suamipun kehilangan teman yang bisa memberikan nasihat, atau masukan-masukan dalam
berbagai urusannya.

Ke delapan: Gadis yang membuat was was
Yaitu gadis yang menggambarkan suaminya dengan gambaran yang terburuk. Sebagai contoh, jika suami terkena penyakit mulas, maka sang istri membesar-besarkannya serta meyakininya bahwa sang suami menderita usus buntu. Jika panas sang suami meningkat dia berkata bahwa dia telah terkena demam. Jika sang suami terlambat, dia berkeyakinan telah terjadi kecelakaan atau terkena sesuatu yang tidak disukai. Istri semacam ini akan mendorong suami untuk selalu was-was dan berkhayal macam-macam serta selalu khawatir.

Kesembilan: Gadis yang Sok Sempurna
Yaitu gadis yang berambisi untuk mengerjakan sesuatu dengan benar, dan terlalu berlebih-lebihan di dalamnya sehingga sang suami dan orang-orang yang tinggal di sekitarnya terkadang merasa jengkel. Sifat seperti itu membuatnya fanati k buta dalam kehidupan rumah tangga. Dia menginginkan kesempurnaan dalam segala hal. Jika pergi salah seorang teman maka harus membawa hadiah berharga dan mahal dibungkus dengan bungkus yang mewah dan seterusnya. Sifat seperti ini dimungkinkan akan membuat suami melakukan respon yang mungkin bisa menjadi seorang laki-laki yang keras dan menolak apa saja yang dilakukan istri, sekalipun perbuatan itu untuk kepentingannya, dan dia tidak lagi mementingkan keridhaan istrinya

Sekarang, carilah untuk dirimu sendiri wahai saudariku, sifat manakah dari kesembilan sifat tersebut yang kamu miliki? Kemudian bersihkanlah dari dirimu agar kehidupan rumah tanggamu selamat dan bahagia.

Diambil dari: Majalah Qiblati Edisi 11 Tahun II

Sayangilah Aku Hingga Ujung Waktu

Kalau kita berbicara tentang pernikahan, pasti semua mengharapkan yang enak-enak atau kondisi ideal. Normal aja dong, kalau mengharapkan kriteria ideal untuk calon pasangan hidupnya. Sang pemuda mengharapkan calon istri yang cantik jelita, keluarganya tajir, pinter, akhlak mulia, sholehah, dll. Begitu juga sang wanita ingin punya suami yang ganteng, kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, akhlaknya memikat, dan sebagainya. Coba bayangin semua ini terjadi pada diri kita, wuah...surga dunia tuh! Siapa sih yang gak mau, iya gak?

Saat kita lanjut usia, rambut mulai satu-persatu rontok, raga pun perlahan rapuh dan sepuh, sang istri atau suami masih tetap setia mendampingi. Saat di pembaringan, ada yang mijitin pundak hingga kitapun tertidur pulas. Saat dingin menyerang rangkulan kekasih pun semakin erat, bersama saling menopang saat kaki-kaki kita semakin melemah. Kalau sedih ada yang menghibur, saat senang, apalagi, wuah...uendah nian.

Namun, menurut Hasan Al Banna, waktu itu adalah kehidupan, ia tak pernah berhenti sesaatpun, seiring waktu berlalu, istri semakin keriput dan endut. Tapi menurut sang suami, "Istriku masih yang tercantik," sementara suami pun perutnya udah buncit, tapi menurut sang istri, "Engkaulah satu-satunya Pangeran dalam istana hatiku."

Kebesaran Allah SWT pun selalu tampak di dalam rumah tangga. Setiap anggota keluarga melakukan sholat berjamaah, qiyamullail, membaca Al Qur'an, tasbih, tahmid, saling bertausyiah, bermaafan, menasehati, dan mengingatkan. Inilah hasil dari sepasang anak manusia yang menikah karena ingin mengharapkan ridho-Nya dan cita-cita Islam serta kemegahan ajaran-Nya. Inilah dia surga yang disegerakan sebelum surga yang kekal abadi.

Semua diatas adalah harapan setiap pasangan. Namun, tak jarang juga ditemukan dalam suatu keluarga yang terjadi adalah sebaliknya. Dari istri yang dibilang gak pinter mengatur rumah tangga, menjaga anak, atau suami yang selalu pulang malam tak peduli dengan anak dan istri, dan macam-macam lagi. Kata nista, kata-kata yang nyelekit, tuduhan, makian bahkan saling memukul, bisa juga terjadi pada sebuah keluarga, yang gini nih sepet banget! Rumah tangga serasa bagai hidup di neraka, tak ada ketenangan apalagi kasih sayang.

Emang ya, segala sesuatu itu bisa tak seindah bayangan semula. Ada bunga-bunga indah, namun cukup banyak juga onak dan duri yang siap menghadang. Karena itu, berbagai masalah kehidupan dalam lembaga pernikahan harus dihadapi secara realistis oleh setiap pasangan.

Apalagi hidup di zaman seperti sekarang ini memang tak mudah, namun Al Qur'an memberikan arahan dalam kehidupan berumah tangga, *".... dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik....** [QS Ath Thalaaq: 6] *"..... *dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." **[QS An Nisaa': 19] *

Seperti gading, tak ada yang tak retak, begitu juga manusia, tak ada yang sempurna. Setiap kita pasti ada kekurangannya, bisa saja seorang suami atau istri terlihat mempunyai satu kekurangan, namun kalau dipikir-pikir lebih banyak kelebihannya. Apakah kekurangannya saja yang diperhatikan oleh pasangannya atau kedua-duanya dengan pertimbangan yang adil?

Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga tak jarang menyebabkan banyak pasangan kehilangan cinta yang dulunya mempersatukan mereka, dan Allah SWT juga telah memberikan arahan yang jelas, *"Hai orang-orang mu'min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." **[QS At Taghaabun: 14]*

Karena itu, sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga yang kita harapkan adalah indahnya keampunan Allah dan surga-Nya, juga kasih sayang orang-orang yang terdekat dengan kita, yang setiap hari saling membutuhkan, karena itu 'sayangilah aku (pasangan hidupmu) hingga ujung waktu.'

Wahai akhi wa ukhti fillah, mari kita saling mendoakan ya, Semoga dengan kita mengambil panduan Al Qur'an dan sunnah Rasul-Nya serta contoh teladan dari keluarga Rasulullah SAW, akan semakin banyak rumah tangga yang tadinya kurang sakinah kembali menjadi sakinah, rumah tangga yang sakinah menjadi lebih sakinah, dan insya Allah pula saudara-saudara yang belum berumah tangga dikabulkan do'anya berupa pasangan hidup yang sholeh atau sholehah, *aamiin allahumma aamiin.*

Wallahu alam bi showab,

Prinsip-prinsip dasar perkawinan

Prinsip-prinsip dasar perkawinan harus diketahui oleh mereka yang sudah mempersiapkan diri dalam jenjang pernikahan, bagi yang belum mempelajarinya juga tidak ada salahnya dan bagi yang sudah menikah akan membuat semakin kokoh perkawinannya. Prinsip itu adalah:

a. Dalam memilih calon suami/isteri, faktor agama dan akhlak calon pasangan harus menjadi pertimbangan pertama sebelum keturunan, rupa dan harta, sebagaimana diajarkan oleh Rasul.

"Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan, kekayaannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama niscaya kalian beruntung." (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

"Pilihlah gen bibit keturunanmu, karena darah (kualitas manusia) itu menurun." (H.R. Ibnu Majah)

b. Bahwa nikah atau hidup berumah tangga itu merupakan sunnah Rasul bagi yang sudah mampu. Dalam kehidupan berumah tangga terkandung banyak sekali keutamaan yang bernilai ibadah, menyangkut aktualisasi diri sebagai suami/isteri, sebagai ayah/ibu dan sebagainya. Bagi yang belum mampu disuruh bersabar dan berpuasa, tetapi jika dorongan nikah sudah tidak terkendali padahal ekonomi belum siap, sementara ia takut terjerumus pada perzinaan, maka agama menyuruh agar ia menikah saja, Insya Allah rizki akan datang kepada orang yang memiliki semangat menghindari dosa, entah dari mana datangnya (min haitsu la yahtasib).

Nabi bersabda:
"Wahai pemuda, barang siapa diantara kalian sudah mampu untuk menikah nikahlah, karena nikah itu dapat mengendalikan mata (yang jalang) dan memelihara kesucian kehormatan (dari berzina), dan barang siapa yang belum siap, hendaknya ia berpuasa, karena puasa bisa menjadi obat (dari dorongan nafsu)." (H.R. Bukhari Muslim)

"Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak nikah diantara hamba-hamba sahayamu yang laki dan yang perempuan. Jika mereka fakir, Allah akan memampukan mereka dengan karunia Nya. Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui." (Surat al Nur, 32)

Rumah Tanggamu Surgaku

Ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai.

Pertama, soft ware-nya, yakni qolbu kita yang harus selalu yakin kepada Alloh. Karena yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Alloh. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik alloh. Calon istri kita milik Alloh. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Alloh. Yang memerintahkan kita menikah adalah Alloh. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Alloh. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Alloh .

Jadi, kuncinya adalah Alloh. Kalau kita tidak yakin kepada Alloh, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Alloh-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Alloh-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah, sedang Alloh menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka kembalikan segalanya kepada Alloh. Kita tidak boleh suudzan . Sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Alloh, sebab wajah kita bukan milik kita, semuanya milik Alloh.

Kedua,tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Alloh. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan ; akhlak kita, perbuatan kita , tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaulah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Alloh. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti, mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Alloh. Apa pun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka,meningkatkan kualitas diri supaya disukai Alloh adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan keemauan, keinginan dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang merasa betapa dunia banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa.

Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya semua bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.

Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Alloh pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar Ilmu agama penting dikuasai supaya kit tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW. Karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalammenegakan menegakan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur. Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas

Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana prilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.

Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup dan lain-lain. Hal ini perlu sdilakukan baik oleh calon suami , maupun oleh calon istri. Sebab setelah menikah bagi keduanya masingmasing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir misalnya bahwa ajal siap datang menjemput kapan saja. Maka ketika istrinya meninggal duluan jangan sampai kelabakan karean tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri ia harus ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan

Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumah tangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, insya Alloh masalh apa pun yang dihadapi tidak akan membuat mereka goyah. Mereka akan tetap tegar dan yakin bahwa Alloh akan menolongnya. Ingat firman Alloh berikut ini : “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur ayat 32). Nah, sudah seperti itulah persiapan anda. Wallahu a`lam.

Siapkah kita menanti Kematian

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).



Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.

Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.

"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
"Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s.
"Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".

Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.

"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.

"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.

"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s
"Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.
"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.

"Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.

Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.

Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.

"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?

Siapkah kita untuk menghadapinya ?

Allah Maha Menatap ...!!!

Ketika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Allah tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Allah sudah menghitung airmatamu.

Ketika amarah sudah sulit sekali untuk kau tahan...
Allah tetap menjagamu hingga tidak menjadi angkara.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk dihubungi...
Allah selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Allah sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa bahwa kebahagiaan dan kasih sayang sulit untuk didapatkan...
Allah telah memberikan kasih sayangNYA yang tidak pernah kau duga

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Allah punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah dapat menenangkanmu

Ketika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Allah sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
Allah telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Allah telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Allah sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...
ALLAH MAHA TAHU dan Selalu Menatapmu

Mengapa begitu sombongnya kita, yang selalu ditatapNya,
untuk tidak menghadap kepadaNYA,...
untuk tidak berbicara kepadaNYA,...
untuk tidak tersenyum kepadaNYA....

Sudahkah Anda Menunaikan Sholat Dhuha?

Sholat ini cukup hanya 2 rakaat dengan doa yang amat indah dan menyejukkan. Waktunya sangat panjang, mulai suruq (habisnya waktu subuh) s/d menjelang masuk waktu dhuhur - logikanya pasti bisa menunaikannya. Namun di-muakkad-kan (dianjurkan dengan sangat) untuk dilaksanakan sebelum kita memulai pekerjaan kita. Sehingga niat kita bekerja adalah semata-mata bernilai ibadah. Dengan demikian pekerjaan kita, insya Allah, akan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.

Lihat dan saksikanlah (harap diartikan menjadi saksi atas keindahan dan kesejukan) doa dhuha ini - masya Allah - sbb (terjemahannya):

Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu adalah waktu-Mu,
dan keagungan itu adalah keagungan-Mu,
dan keindahan itu adalah keindahan-Mu,
dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu,
dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu

Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka turunkanlah,
jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah,
jika masih sukar, maka mudahkanlah,
jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,
jika masih jauh, maka dekatkanlah

Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu,
limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang soleh.

Amiin Ya Robbal 'Alamiin

Bila Anda tidak dapat membaca teks Arab-nya waktu berdoa, bacalah teks Indonesianya saja secara khusu' dan tawaddhu' (dengan kerendahan hati). Insya Allah kita akan menjadi orang yang:

1. Tawaddhu' (penuh dengan kerendahan hati alias tidak sombong/tinggi hati) - apapun pangkat dan kedudukan kita.
2. Percaya bahwa bekerja itu adalah bernilai ibadah, sehingga apapun yang menjadi tugas kita, seberat apapun, insya Allah, akan mendapat ridho dan pertolongan dari Allah SWT.
3. Percaya segala sesuatu di dunia ini ada yang Maha dari segala-galanya.
4. Dihapuskan segala dosa meskipun dosa itu sebesar buih lautan.

(Al-hadist)

Demikian dan semoga risalah kecil ini akan menjadi sesuatu yang dapat menggugah kita untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Betapa Indahnya Berumah Tangga

Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukan apa-apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendak berpisah. Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnya selalu saja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri". Akh...

Menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik, itu yang saya baca dalam sebuah buku pernikahan. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang di sukai Nabi. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Allah hanya menyebut nabi-nabi yang menikah dalam kitab-Nya. Hal ini menunjukkan betapa Allah menunjukkan keutamaan pernikahan. Dalam firmannya, "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berfikir." (QS. Ar-Rum: 21).

Menikah itu Subhanallah indah, dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Kalo boleh meng-Ibarat-kan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yang terhidang selalu saja disantap lezat. Mendung di langit bukan masalah besar. Seolah dunia milik mereka saja, mengapa? karena semuanya dinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru saja disusun.

Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami istri, sungguh itu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. Dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi dan membimbingnya sepenuh hati.

Saya jadi ingat, saat itu seorang istri memarahi suaminya habis-habisan, saya yang berada di sana merasa iba melihat sang suami yang terdiam. Padahal ia baru saja pulang kantor, peluh masih membasah, kesegaran pada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah. Hanya karena masalah kecil, emosi istri meledak begitu hebat. Saya kira akan terjadi "perang" hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang. Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sun sayang penuh mesra di kening sang istri. Istrinya yang sedang berapi-api pun padam, senyum malu-malunya mengembang kemudian dan merdu uaranya bertutur "Maafkan Mama ya Pa..". Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening, rutinitasnya setiap kali suaminya datang.

Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada sang suami kenapa ia berbuat demikian. "Saya mencintainya, karena ia istri yang dianugerahkan Allah, karena ia ibu dari anak-anak. Yah karena saya mencintainya" demikian jawabannya.

Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cinta mempunyai tanda-tanda. Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka. Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior. Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mau berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisik berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung. Ada do'a istrinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh sukses dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari istri kepada Allah supaya suami selalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istri tercinta, sedang apakah gerangan Istrinya, lebih semangatlah ia.

Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkan lagi sebuah hadist nabi. Ada baiknya para istri dan suami menyelami bulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad. Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhir kehidupannya dalam peristiwa haji wada':

"Barang siapa -diantara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa -diantara para istri- bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, istri fir'aun" (HR Nasa-iy dan Ibnu Majah ).

Kepada saudaraku yang baru saja menggenapkan setengah dien, Tak ada salahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama mencicipi asam garamnya pernikahan, perhatikan firman Allah dalam ingatan : "...Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah:187)

Torehkan hadist ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya" (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a)

Kepada sahabat yang baru saja membingkai sebuah keluarga, Kepada para pasutri yang usia rumah tangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlah ketika suami mengharapkan istri berperilaku seperti Khadijah istri Nabi, maka suami juga harus meniru perlakukan Nabi Muhammad kepada para Istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Perempuan yang paling mempesona adalah istri yang shalehah, istri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatannya. Istri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridha suami.

Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istrinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah istrinya. Suami yang menjadi qawwam istrinya. Suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Surga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)

Akhirya, semuanya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. Semua berlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan. Meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang dikayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. Karakter suami istri demikian, Insya Allah dapat melaluinya dengan hasil baik. Sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah. Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera dengan bekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran,

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman

Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian. Allahumma Aamiin.

Barakallahu, untuk para pengantin muda. Mudah-mudahan saya mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan jika giliran saya tiba, tak perlu lagi saya bertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah senyum. Karena mungkin saya sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.

Do people think that they will be left alone because they say:"We beleive," and will not be tested.(TQS Al-Ankabut:2)

Refleksi 46 Tahun Gerakan IPM

Merefleksikan Pergerakan
Sebagai Wujud Manifestasi Tujuan
IKATAN PELAJAR / REMAJA MUHAMMADIYAH

Bulan Shafar (5 Shafar 1381 H) atau Juli (18 Juli 1961 M) merupakan momentum penting lahirnya suatu organisasi pelajar Islam ; Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Itulah kelahiran sebuah gerakan Pelajar yang berasaskan islam sebagai suatu manifestasi dari gerakan Muhammadiyah (organisasi terbesar di Indonesia yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia). IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) sebagai sebuah gerakan kepelajaran di indonesia yang berbasiskan Pelajar Islam, didirikan atas dasar kepedulian kader-kader penerus Muhammadiyah (Pemuda Muhammadiyah) yang dimana IPM resmi menjadi sebuah organisasi independent / Ortom-nya Muhammadiyah pada sidang Tanwir / Konperensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta18-20 Juli 1961.

Sejarah Gerakan Pelajar Muhammadiyah

Jauh sebelum di-syahkan-nya organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah, sebenarnya gerakan pelajar muhammadiyah sudah muncul dan sempat merasakan eksistensi gerakannya dengan berbagai nama organisasi, namun tidak terlalu mempunyai ruang lingkup yang luas dalam kerjanya. Berikut merupakan sejarah panjang perjalanan pelajar muhammadiyah sebelum menjadi IPM ; organisasi otonomnya muhammadiyah :
1. Tahun 1919 ; merupakan berdirinya organisasi dakwah islam terbesar di Indonesia. Tahun itu juga secara tidak langsung didirikannya Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan pelajar muhammadiyah bertempat di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tahun 1926 ; yang bertempatkan di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah)
3. Tahun 1933 ; berdiri Hizbul Wathan yang didalamnya juga berkumpul pelajar-pelajar Muhammadiyah
4. Tahun 1950 ; berdiri Ikatan Pelajar Muhammadiyah didaerah Wajo Sulawesi (dibubarkan oleh Muhammadiyah setempat)
5. Tahun 1954 ; di Yogyakarta berdiri juga GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah) namun hanya berumur 2 bulan, dibubarkan oleh muhammadiyah. Tapi perjalanan GKPM di Yogyakarta tidak berhenti pada tahun itu saja, Tahun 1956 GKPM pun kembali didirikan namun tetap saja mendapat halangan dari Muhammadiyah yang dalam hal ini adalah Majelis Pendidikan Dan Pengajaran Muhammadiyah.
6. Tahun 1956 ; pasca dibubarkannya GKPM, ditempat yang sama didirikanlah Uni SMA Muhammadiyah yang kemudian akan merencakanan Musyawarah Se-Jawa Tengah. Akan tetapi perjalanannya lagi-lagi mendapat rintangan dari muhammadiyah, bahkan para pimpinan activist yang ada didalamnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah muhammadiyah.
7. Tahun 1957 berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah Muhammadiyah) di surakarta.

Dari sekian lama perjalanan gerakan pelajar Muhammadiyah yang ingin mempunyai wadah berekspresi tersebut selalu mendapat resistensi yang tinggi dari internal Muhammadiyah sendiri. Resistensi dari muhammadiyah tersebut terhadap gagasan organisasi kepelajaran dilingkup muhammadiyah disebabkan oleh adanya anggapan bahwa sekiranya cukup dengan adanya kantong-kantong Angkatan Muda Muhamadiyah (AMM) seperti ; Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah ; yang cukup bisa mengakomodasikan kepentingan para pelajar muhammadiyah.

Namun resistensi tersebut tidak membuat semangat dan kegigihan para pelajar muhammadiyah hilang begitu saja. Semangat dan kemantapan tersebut akhirnya membuahkan hasil / titik terang yaitu ketika tahun 1958, Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut ; berusaha melindungi aktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah. Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar Muhammdiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraan-pembicaraan mengenai perlunya berdiri organisai pelajar Muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dengan keputusan konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut akhirnya diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke II yang berlangsung pada tanggal 24¬-28 Juli 1960 di Yogyakarta, yaitu dengan memutuskan untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan II/No. 4). Keputusan tersebut di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran supaya memberi kesempatan dan menyerahkan kompetensi pembentukan IPM (Ikatan Pelajar Muhamadiyah) kepada Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.
2. Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari pembahasan - pembahasan muktamar tersebut, dan untuk segera dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran.

Kata sepakat akhirnya dapat tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran tentang organisasi Pelajar Muhammadiyah. Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan lagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961, dan secara nasional melalui forum tersebut IPM dapat berdiri. Tanggal 18 Juli 1961 ditetapkan sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah (MILAD IRM yang ke 46 Sekarang)

Tujuan IRM dan Peranannya

Ikatan Remaja Muhammadiyah adalah Organisasi Otonomnya Muhammadiyah ( bisa juga dikatakan sebagai organisasinya pelajar Indonesia) yang merupakan sebuah Gerakan Pelajar Islam, Dakwah Amar makruf Nahi Munkar. Sebagai sebuah organisasi yang pada hakekatnya merupakan Gerakan Pelajar; IRM memiliki tujuan, disamping usaha kerjasama dan sekelompok orang yang disebut anggota Ikatan, yang bekerja melaksanakan usaha tersebut untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan adalah nilai tertentu yang ingin dicapai dan diperoleh di masa yang akan datang. Ia merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui berbagai kegiatan organisasi. Bagi Ikatan, tujuan adalah merupakan satu faktor yang sangat penting dan sentral. Pada tujuan itulah dilandaskan semua tindakan manajerial, sejak dan tahap perencanan sampai tahap pengendalian dan evaluasi. ini berarti bahwa dalam penentuan strategi, kebijaksanaan dan langkah-langkah organisasi, tujuan adalah merupakan landasan utamanya. Demikian pula tujuan juga menjadi dasar bagi pembawa dan penggolongan tindakan-tindakan organisasi dalam kesatuan-kesatuan tertentu, disamping juga menjadi dasar bagi penentuan dan perumusan kegiatan dan setiap kesatuan serta penempatan personil dalam kesatuan-kesatuan tersebut. Selanjutnya tujuan juga menjadi landasan utama dalam melakukan penggerakan, sejak dan pemberian motivasi, pemberian bimbingan, penjalinan hubungan dan komunikasi sampai pada peningkatan dan pengembangan personil. Demikian pula dalam proses pengendalian dan evaluasi, terutanma dalam penentuan standar dan tolok ukur, yang menjadi pedoman adalah tujuan itu. Pendek kata, tujuan adalah merupakan kompas pedoman yang tidak boleh diabaikan dalam proses penyelenggaraan usaha ikatan.

Mengingat sangat pentingnya kedudukan dan peranan tujuan sebagaimana telah dikemukakan, maka tujuan ikatan remaja muhammadiyah haruslah dipahami oleh seluruh anggota ikatan, terutama para aktivis dan pimpinan IRM di semua lini kepemimpinan. Sebab bilamana sampai terjadi mereka tidak memahami dengan baik tujuan yang akan dicapai ikatan remaja muhammadiyah, tentulah dapat dipastikan akan timbulnya berbagai kesulitan dan kekaburan. Adanya kekaburan dalam memahami tujuan akan berakibat timbulnya kekaburan dalam menentukan kebijaksanaan dan ketidak pastian dalam menyelenggarakan usaha serta ketidak mantapan bagi para pelaku dan aktivist ikatan. Atas dasar inilah maka tujuan atau nilai yang hendak dicapai dan diperoleh melalui beberapa penyelenggaraan dakwah yang selama ini rutinitas kita lakukan melalui mekanisme kekaderan itu haruslah dirumuskan dengan jelas. Rumusan yang jelas akan memudahkan siapa saja, terutama para pimpinan, aktivist, anggota dan warga ikatan pada umumnya dalam memahami tujuan yang ingin diwujudkan IRM.

Kalau kita cermati Anggaran Dasar Ikatan remaja muhammadiyah, khususnya pasal 6, tujuan ikatan remaja muhammadiyah itu dirumuskan dengan rumusan yang cukup jelas dan mudah dipahami, yaitu : “Terbentuknya remaja muslim yang berakhlak mulia, berilmu, terampil dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

“Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”, pada dasarnya merupakan tujuan dari Muhammadiyah yang kemudian juga diadopsi oleh Ikatan Remaja Muhammadiyah sebagai manifestasai Anaknya Muhammadiyah (otonomnya Muhammadyah). Secara formal dan kelembagaan (Menurut Kakanda Drs Khalid Fadjri M.Pd) ; hasil diskusi tentang peran serta pelajar dalam mewujudkan tujuan muhammadiyah), Tujuan ini belum pernah didiskripsikan dan ditafsirkan. Hanya saja secara informal dan perorangan, pada sekitar tahun enam puluhan, DR. Ahmad Shalaby, staf pengajar pada UIN Yogyakarta, atas permintaan beberapa tokoh Muhamadiyah pernah menyusun konsep masyarakat Islam dan menerbitkannya sebagai buku dengan judul Masyarakat Islam.

Ikatan Remaja Muhammadiyah seharusnya bisa membuat panafsiran tujuan supaya semua keluarga ikatan (anggota, simpatisan, alumni serta pimpinan) bisa mengaktualisasikan tujuan tersebut dan kita tidak hanya akan terjebak pada kontekstual. Pertanyaannya kemudian : “Pernahkan pimpinan ikatan serius memikirkan hal ini yang pada konsepnya merupakan tolak ukur keberhasilan ikatan dalam meretas kegelisahan anggota…???”

Ikatan Remaja Muhammadiyah mungkin bisa sedikit merenungkan beberapa penggambaran yang agak lebih rinci mengenai “Masyarakat Islam”, baru dijumpai dalam sebuah dokumen yang berjudul “Pernyataan Muhammadiyah Jelang Satu Abad” yang dihasilkan oleh Muktamar ke-45 Muhammadiyah. Pada bagian mengenai pandangan Muhammadiyah tentang keagamaan, dikemukakan ciri-ciri Masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Ada 9 (sembilan) ciri Masyarakat Islam yang dirumuskan dalam dokumen tersebut antara lain yaitu :
1. Merupakan wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif manusia yang memiliki corak masyarakat tengahan (ummatan wasatha) yang berkemajuan, baik dalam wujud sistem nilai sosial-budaya, sistem sosial maupun lingkungan fisik yang dibangunnya;
2. Memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriyah dan bathiniyah, rasionalitas dan spiritualitas, aqidah dan muamalah, individual dan sosial, duniawi dan ukhrowi;
3. Mengamalkan nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan, kejujuran, kesejahteraan, kerjasama, kerja keras, kedisiplinan dan keunggulan dalam segala lapangan kehidupan;
4. Bersedia bekerjasama dan berlomba - lomaba dalam serba kebaikan;
5. Memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani, yaitu masyarakat kewargaan (civil society) yang memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-nilai Ilahiyah, demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan dan brakhlaq mulia (al akhlaqul karimah);
6. Berperan sebagai syhada’ ‘alan nas di tengah berbagai pergumulan hidup masyarakat dunia;
7. Menjadi masyarakat yang serba unggul atau utama (khaira ummah) dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Keunggulan kualitas tersebut ditunjukkan oleh kemampuan penguasaan atas nilai-nilai dasar dan kemajuan dalam kebudayaan dan peradaban umat manusia, yaitu nilai-nilai ruhani (spiritualitas), nilai-nilai pengetahuan (ilmu pengetahuan dan teknologi), nilai-nilai materi (ekonomi), nilai-nilai kekuasaan (politik), nilai-nilai keindahan (kesenian), nilai-nilai normatif berperilaku (hukum) dan nilai-nilai kemasyarakatan (budaya) yang lebih berkualitas;
8. Memiliki kepedulian tinggi terhadap kelangsungan ekologis (lingkungan hidup) dan kualitas martabat hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam relasi-relasi yang menjunjung tinggi kemaslahatan, keadilan dan serta kebajikan hidup;
9. Menjauhkan diri dari perilaku yang membawa kerusakan (alfasad flu ardh), kedzaliman dan hal-hal lain yang bersifat menghancurkan kehidupan.

Demikian beberapa helai tulisan yang dapat saya sampaikan sebagai bahan renungan dan diskusi kita dalam mengarungi usia ikatan yang hampir mencapai setengah abad (46 tahun kiprah ikatan menemani Indonesia).

Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat administrasi Pelatihan Kader Nasional
Taruna Melati Utama Ikatan Remaja Muhammadiyah di Kendal Jawa Tengah.

Mataram ; 25 Jumadal Tsaniyah 1428 H

Selasa, 09 Juni 2009

Ayah, Ibu… Biarkan Ananda Istiqomah

Ayah, Ibu… Biarkan Ananda Istiqomah

Kategori: Akhlaq, Nasihat Untuk Muslimah


Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu.


Allah berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)

Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya.

Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka.

Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita?

Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja.


Kaidah Birrul Walidain

Saudariku, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat. Tak semua anak yang melanggar perintah orang tua dikatakan anak durhaka. Karena ketaatan pada orang tua tidak bersifat mutlak. Tidak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang sifatnya mutlak.

Ada beberapa hal yang sering dianggap sebagai kedurhakaan pada orang tua, padahal sebenarnya bukan. Antara lain:

1. Anak menolak perintah orangtua yang melanggar syariat Islam

Pada asalnya, seorang anak wajib taat pada orangtuanya. Akan tetapi jika yang diperintahkan orang tua melanggar syariat, maka anak tidak boleh mentaatinya. Yaitu jika orang tua memerintahkan anak melakukan kesyirikan, bid’ah dan maksiat. Contoh konkritnya: orang tua memerintahkan anak memakai jimat, orang tua menyuruh ngalap berkah pada kyai A, orang tua menyuruh anak berjabat tangan dengan lelaki bukan mahrom, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Bahkan ini termasuk bakti kepada orang tua karena mencegah mereka dari perbuatan haram.

Allah berfirman yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman: 15)

Namun, seorang anak hendaknya tetap menggunakan adab dan perkataan yang baik. Dan terus mempergauli dan mendakwahi mereka dengan baik pula.

2. Anak tidak patuh atas larangan orangtua menjalankan syariat Islam

Tidak disebut durhaka anak yang tidak patuh saat orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, padahal di saat itu orang tua sedang tak membutuhkannya (misal karena orang tua sedang sakit atau saat keadaan darurat). Contoh konkritnya: melarang anaknya shalat jama’ah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu syar’i, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah wajib mentaati makhluk yang memerintah agar maksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad). Dan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwasanya ketaatan hanya dilakukan dalam perkara yang baik. Maka janganlah engkau melakukan perkara yang haram dengan alasan ingin berbakti pada orang tuamu. Tidak wajib bagimu taat pada mereka dalam bermaksiat pada Allah.

3. Orang tua yang marah atas keistiqomahan dan nasihat anaknya

Seorang anak wajib menasihati orang tuanya saat mereka melanggar syariat Islam. Apabila orang tua sakit hati dan marah, padahal sang anak telah menggunakan adab yang baik dan perkataan yang lembut, maka hal ini tidak termasuk durhaka pada orang tua.

Saat gundah menyapamu, …

Bagaimana ini, aku telah membuat orang tuaku marah? Padahal bukankah keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Tirmidzi)?

Saudariku, marahnya orang tua atas keistiqomahan dan nasihat anak, tidaklah termasuk dalam hadits di atas. Hadits di atas tidak berlaku secara mutlak, kita tetap harus melihat kaidah birrul walidain.

Ingatlah saat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah.” (Qs. Maryam: 44). Orang tua yang menolak kebenaran Islam kemudian mendapat nasihat dari anaknya, kemungkinan besar akan marah. Tapi sang anak tetap tidak dikatakan durhaka.

Saudariku, bila orangtuamu marah atas keistiqomahanmu, maka ingatkan dirimu dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Perhatikanlah hadits di atas! Ketika engkau menaati orang tuamu dalam bermaksiat pada Allah, agar orang tuamu ridha. Sedangkan sebenarnya Allah Murka padamu. Maka, bisa jadi Allah justru akan membuat orang tuamu tetap murka pula kepadamu. Meski engkau telah menuruti keinginan mereka. Dan sadarkah engkau, saat engkau menuruti mereka dalam perbuatan maksiat pada Allah, maka sejatinya perintah mereka akan terus berlanjut. Tidakkah engkau khawatir Allah akan murka pada orangtuamu disebabkan mereka terus memerintahkanmu bermaksiat kepada-Nya.

Saudariku, bukankah hati kedua orang tuamu berada di genggaman Allah. Maka, yang terpenting bagimu adalah berusahalah meraih ridha Allah dengan keshalihan dan keistiqomahanmu. Semoga dengan demikian Allah Ridha padamu. Semoga Allah menghiasi ucapan dan amalan kita sehingga orang tua kita pun -bi idznillah- akhirnya ridha kepada kita.


Akhlaq Mulia, Penarik Hati yang Banyak Dilalaikan

Ustadz Abdullah Zaen, Lc dalam bukunya 14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah berkata, “Kerenggangan antara orangtua dan anak itu seringkali terjadi akibat ‘benturan-benturan’ yang terjadi dampak dari orang tua yang masih awam memaksa si anak untuk menjalani beberapa ritual yang berbau syirik, sedangkan si anak berpegang teguh dengan kebenaran yang telah ia yakini. Akhirnya yang terjadi adalah kerenggangan di antara penghuni rumah tersebut. Hal itu semakin diperparah ketika si anak kurang bisa mencairkan suasana dengan mengimbangi kesenjangan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orangtuanya. Padahal betapa banyak hati orang tua -bi idznillah- yang luluh untuk menerima kebenaran yang dibawa si anak bukan karena pintarnya anak beragumentasi, namun karena terkesannya sang orang tua dengan akhlak dan budi pekerti anaknya yang semakin mulia setelah dia ngaji!! Penjelasan ini sama sekali tidak mengecilkan urgensi argumentasi yang kuat, namun alangkah indahnya jika seorang muslim apalagi seorang salafi bisa memadukan antara argumentasi yang kuat dengan akhlak yang mulia!.”

Maka, akhlaq yang mulia adalah jalan terdekat menuju luluhnya hati orangtua. Anak adalah mutiara hati orang tua. Saat mutiara itu bersinar, hati orang tua mana yang tidak menjadi terang.

Percaya atau tidak. Kedekatanmu kepada mereka, perhatianmu, kelembutanmu, bahkan hanya sekedar wajah cerah dan senyummu di hadapan mereka adalah bagaikan sinar mentari yang menghangatkan hati mereka.

Sayangnya, banyak dari kita yang justru melalaikan hal ini. Kita terlalu sibuk dengan tuntutan kita karena selama ini orangtua-lah yang banyak menuruti keinginan kita. Seakan-akan hanya orangtua-lah yang wajib berlaku baik pada kita, sedang kita tidak wajib berbuat baik pada mereka. Padahal, kitalah sebagai anak yang seharusnya lebih banyak mempergauli mereka dengan baik.

Kita pun terlalu sibuk dengan dunia kita. Juga sibuk dengan teman-teman kita. Padahal orang tua hanya butuh sedikit perhatian kita. Kenapakah kita begitu pelit mengirimkan satu sms saja untuk menanyakan kabar mereka tiap hari? Sedangkan berpuluh-puluh SMS kita kirimkan untuk sekadar bercanda ria dengan teman kita.

Kemudian, beratkah bagi kita untuk menyenangkan mereka dengan hadiah? Janganlah engkau remehkan meski sekedar membawa pulang oleh-oleh seplastik singkong goreng kesukaan ayah atau sebungkus siomay favorit ibu. Harganya memang tak seberapa, tapi hadiah-hadiah kecil yang menunjukkan bahwa kita tahu apa kesukaan mereka, apa yang mereka tak suka, dan apa yang mereka butuhkan, jauh lebih berharga karena lebih menunjukkan besarnya perhatian kita.


Dakwahku, Bukti Cintaku Kepada Ayah Ibu…

Hakikat kecintaan kita terhadap seseorang adalah menginginkan kebaikan bagi dirinya, sebagaimana kita menginginkan kebaikan bagi diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak akan sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sehingga dia mencintai bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, wujud kecintaan kita kepada orangtua kita adalah mengusahakan kebaikan bagi mereka.
Tahukah engkau kebaikan apa yang dimaksud?

Seorang ayah telah berbuat baik kepada anaknya dengan pendidikan dan nafkah yang diberikan. Sedangkan ibunya telah merawat dan melayani kebutuhan anak-anaknya. Maka sudah semestinya anaknya membalas kebaikan tersebut. Dan sebaik-baik kebaikan adalah mengajak mereka kepada kebahagiaan dan menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.” (Qs. At Tahrim 6)

Saudariku, jika engkau benar-benar mencintai orangtuamu, maka jadikanlah dakwahmu sebagai bakti terindahmu kepada mereka. Ingatlah lagi mengenai dakwah Nabi Ibrahim kepada orangtuanya. Bakti pada orang tua sama sekali tidak menghalangi kita untuk berdakwah pada mereka. Justru karena rasa cintalah, yang membuat kita menasihati mereka. Jika bukan kita, maka siapakah lagi yang akan mendakwahi mereka?

Apakah harus dengan mengajak mereka mengikuti kajian? Jika bisa, alhamdulillah. Jika tidak, maka sesungguhnya ada banyak cara yang bisa engkau tempuh agar mereka bisa mengetahui ilmu syar’i dan mengamalkannya.

Jadilah engkau seorang yang telaten dan tidak mudah menyerah dalam berdakwah kepada orang tuamu.
Ingatlah ketika engkau kecil. Ketika engkau hanya bisa tidur dan menangis. Orangtuamulah yang mengajarimu, mengurusmu, memberimu makan, membersihkanmu dan memenuhi kebutuhanmu. Ketika engkau mulai merangkak, kemudian berdiri, dengan sabar orangtuamu memegang tanganmu dan melatihmu. Dan betapa senangnya hati orangtuamu melihat langkah kaki pertamamu. Bertambah kesenangan mereka ketika engkau berjalan meski dengan tertatih-tatih. Saat engkau telah bisa berlari-lari, pandangan orangtuamu pun tak lepas darimu. Menjagamu dari melangkah ke tempat yang berbahaya bagimu.

Ketika engkau mulai merasa letih berdakwah, ingatlah bahwasanya orangtuamu telah membesarkanmu, merawatmu, mendidikmu bertahun-tahun tanpa kenal lelah.

Ya. Bertahun-tahun mereka mendidikmu, bersabar atas kenakalanmu… Maka mengapakah engkau begitu mudahnya menyerah dalam berdakwah kepada mereka? Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah Yang Maha Pemberi Hidayah. Maka teruslah berdakwah hingga datang waktunya Allah Membuka hati kedua orangtua kita.


Landasi Semuanya Dengan Ilmu

Seorang anak dengan sedikit ilmu, maka bisa jadi ia akan bersikap lemah dan mudah futur (putus asa) saat menghadapi rintangan dari orangtuanya yang sudah banyak makan garam kehidupan. Bahkan, ia tidak bisa berdakwah pada orang tuanya. Sedangkan seorang anak yang ilmunya belum matang, bisa jadi ia bersikap terlalu keras. Sehingga orangtuanya justru makin antipati dengan dakwah anaknya.

Maka, bekalilah dirimu dengan ilmu berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman salafush shalih. Karena dengan ilmulah seorang mampu bersikap bijak, yaitu mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Dengan ilmulah kita mengetahui hukum dari permasalahan yang kita hadapi dan bagaimana solusinya menurut syariat. Dengan ilmulah kita mengetahui, pada perkara apa saja kita harus menaati orang tua. Pada perkara apa sebaiknya kita bersikap lembut. Dan pada perkara apakah kita harus teguh layaknya batu karang yang tetap berdiri tegak meski berkali-kali dihempas ombak. Dan yang tidak kalah pentingnya kita bisa berdakwah sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Maka tidak benar jika saat terjadi benturan sang anak justru berputus asa dan tidak lagi menuntut ilmu syar’i. Padahal dia justru sangat butuh pada ilmu tersebut agar dapat menyelesaikan permasalahannya. Saat terjadi konflik dengan orang tua sehingga engkau kesulitan mendatangi majelis ilmu, usahakanlah tetap menuntut ilmu meski hanya sekedar membaca buku, mendengar rekaman kajian atau bertanya kepada ustadz. Dan segeralah kembali ke majelis ta’lim begitu ada kesempatan. Jangan lupa! Niatkanlah ilmu yang kau cari itu untuk menghilangkan kebodohan pada dirimu dan orang lain, terutama orangtuamu. Karena merekalah kerabat yang paling berhak atas dakwah kita.

Karena itu, wahai saudariku…

Istiqomahlah!

Dan bingkailah keteguhanmu dengan ilmu dan amal shalih

Hiasilah dirimu di depan orangtuamu dengan akhlaq yang mulia

Tegar dan sabarlah!

Tegarlah dalam menghadapi rintangan yang datang dari orangtuamu.

Dan sabarlah dalam berdakwah kepada orang tuamu

Tetap istiqomah dan berdakwah. Sambil terus mendoakan ayah dan ibu

Hingga saat datangnya pertolongan Allah…

Yaitu saat hati mereka disinari petunjuk dari Allah insyaa Allah

Teriring cinta untuk ibu dan bapak…

Semoga Allah Mengumpulkan kita di surga Firdaus-Nya. Amiin.


Kajian :

1. Durhaka kepada orang Tua oleh ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, majalah Al Furqon edisi 2 Tahun IV

2. 14 Contoh Praktek Hikmah Dalam Berdakwah, Ustadz Abdullah Zaen, Lc.

3. Kajian Bahjah Qulub Al Abror oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, tanggal 4 November 2007