Selasa, 08 Februari 2011

KETIKA TETESAN AIR MENJADI BUTIR MUTIARA

Dusun Brambang, Belunsuk, Batu Banteng dan Rarangan adalah empat dusun di Wilayah Timur Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Keempat dusun ini adalah daerah yang pada musim kemarau selalu terkena krisis air bersih, hal ini dikarenakan tekstur tanah di daerah ini adalah tanah cadas. Sumur – sumur gali yang dibuat masyarakat pada musim hujan rata-rata berisi tapi pada musim kemarau menjadi kering. Seolah sumur-sumur itu menjadi sumur tadah hujan.
Pada musim kemarau, masyarakat di keempat dusun tersebut , untuk mencukupi kebutuhan air bersih, terutama masyarakat dusun batu banteng, harus berjalan ke pusat desa Kuripan (Dsn. Tongkek) sejauh sekitar 2-3 km. Tragisnya kadang mereka harus menunggu antrian dari jam 4 subuh di lokasi mata air tersebut. Yang lebih memprihatinkan lagi kalau pagi terlambat bangun maka harus bersedia mandi bersama hewan ternak (begitu keterangan Pak Husni Tamrin mantan kadus banteng, red)
Untuk mengatasi masalah ini Pemerintah Daerah Lombok Barat terkadang harus mengirimkan tanki air dalam 1 minggu. Walaupun dalam pelaksanaannya terkadang datangnya 1 bulan sekali. Sehingga persoalan masyarakatpun tidak dapat teratasi.
Disisi lain, Departemen Pertambangan dan Energi melalui Dirjen Pengelolan Energi, Panas Bumi dan Sumber Air Tanah pada tahun 2007 akhirnya melakukan penelitian untuk mencari sumber air tanah. Sehingga pada tahun itu juga dibuatlah sumur bor dengan kedalaman 153 meter dengan debit air minimum pada puncak kemarau sebesar 4,3 liter/detik. Sumur bor ini untuk sementara (sebelum PNPM MP, red), hanya mampu dimanfaatkan masyarakat Dusun Berambang saja.
Akhirnya angin segarpun datang seiring tibanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan tahun 2010 untuk pertama kalinya di Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat. Kaum Perempuan (ibu rumah tangga) sebagai komponen masyarakat terkecil yang sangat merasakan kesulitan air bersih, pada proses penggalian gagasan ditiap dusun hanya menginginkan adanya air bersih. Akhirnya dalam Musyawarah Desa Khusus Perempuan 2010 di Desa Kuripan, Kaum Perempuan menetapkan Jaringan Air Bersih menjadi prioritas utama.
Setelah dilakukan survei dan kajian teknis oleh Masyarakat, TPK, FK/FT dan penguatan Fastekab, dan dinyatakan layak oleh tim verifikasi maka ditetapkanlah Jaringan Air Bersih ini menjadi kegiatan yang didanai oleh PNPM MP Kecamatan Kuripan tahun 2010.
Jaringan air bersih ini direncanakan akan dimanfaatkan oleh 758 kk atau 3.079 jiwa yang tersebar di empat dusun tersebut. Atas dasar berbagai pertimbangan baik dari fastekab maupun diskusi-diskusi teknis dengan masyarakat, maka direncanakanlah sistem jaringan air bersih sepanjang 5.035 m. Karena beda tinggi sumber air dan daerah tertinggi yang akan diairi didusun belunsuk maka dibangunlah 1 buah tower dengan kapasitas 12,544 meter kubik untuk daerah Dusun Belunsuk, sedangkan untuk daerah Brambang, Rarangan dan Batu Banteng dibangunkan satu buah reservoir dengan kapasitas 23,04 meter kubik.
Untuk keperluan oerasional, pemeliharaan dan insentif pengelola, maka berdasarkan hasil perhitungan teknis, biaya permeter kubik air yang dibebankan kepada masyarakat adalah sebesar Rp. 1.600 permeter kubik, akan tetapi karena rasa syukur masyarakat, masyarakat justru mengambil keputusan bersama untuk biaya yang dibebankan kepada mereka sebesar Rp. 2.000 permeter kubik.
Sebagai wujud dan momentum rasa syukur tersebut, maka Pemerintah Desa Kuripan bersama masyarakat bersepakat untuk secara swadaya mengadakan acara persemian oleh Bupati Lombok Barat. Sehingga pada tanggal 5 Januari 2011, Bupati Lombok Barat bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Lombok Barat secara bersama-sama meresmikan Sarana Jaringan Air Bersih Desa Kuripan Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat yang juga sekaligus sebagai simbol peresmian seluruh kegiatan PNPM MP di Kabupaten Lombok Barat untuk tahun 2011. Momentum ini juga sekaligus mengagendakan penyerahan DIPA Secara simbolis untuk semua Kecamatan oleh Bupati Lombok Barat.
“Alhamdulillah... Akhirnya Mimpi Jadi Nyata, Tetesan Air Laksana Butir Mutiara” begitulah ungkapan masyarakat Belunsuk, Brambang, Rarangan dan Batu Banteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar